Cabang Keyakinan dan Cabang Ketidakpercayaan pada Iman – Pada kesempatan kali ini Dutadakwah akan membahas tentang Iman. Yang dalam pembahasan ini menjelaskan secara singkat dan jelas cabang keyakinan dan cabang ketidakpercayaan dalam keyakinan Ahlus Sunnah. Silakan lihat komentar di bawah untuk lebih jelasnya.
Cabang kepercayaan dan cabang ketidakpercayaan dalam keyakinan
Berikut Ini Telah Kami Kumpulkan Yang Bersumber Dari Laman https://www.dutadakwah.co.id/ Yang Akhirnya Saya Tuliskan Disini.
Di antara cabang-cabang keimanan, ada yang ushul (kepala) dan ada yang furu ‘(cabang). Ada batas yang jelas antara satu cabang dengan cabang lainnya.
Keyakinan ini memiliki cabang
Di Ash-Shahihain ada hadits dari Abu Hurairah, Radhiyallahu Anhu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الإيمان بضع وسبعون أو بضع وستون فأفض ل ا ل ل ا
Artinya, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Iman memiliki tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan atau enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang terpenting adalah kata LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Dan hasil akhirnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan raya. Dan rasa malu itu adalah bagian dari keyakinan. “(Hadits Muslim nomor 51)
Kategori industri
Cabang-cabang ini diklasifikasikan oleh beberapa sarjana ke dalam tipe yang berbeda;
Ada cabang berupa perkataan dan perbuatan lahir.
Ada cabang berupa perkataan dan perbuatan batin.
Ada pula cabang yang ditunjukkan oleh naluri syahihah (benar) yang ada pada manusia, seperti menghilangkan rintangan dari jalan, bahkan ada cabang kepercayaan yang bentuknya tidak ditunjukkan dengan kalimat sama sekali, tentu saja .
Dan ada juga cabang keimanan yang hanya bisa diketahui melalui wahyu, seperti pemujaan mahdhah.
- Keyakinan ini tidak dapat dibangun jika hanya ada di hadapan salah satu cabang kepercayaan yang ada. Begitu pula keyakinan tidak bisa hilang, meski hanya melalui hilangnya salah satu cabang keyakinan yang ada.
- Penetapan keyakinan dengan menunjuk atau mencabut cabang dilakukan melalui ilmu pengetahuan terkait aturan Syar’i. Oleh karena itu, ada sebagian ulama yang mengklasifikasikan cabang-cabang keimanan ini menurut sifatnya:
- Cabang iman Ushul
Itulah ungkapan laa ilaha illa llahu, baik dari segi perkataan, perbuatan, lahir, batin. Setiap keyakinan hati, perkataan verbal dan perbuatan anggota tubuh, yang hanya dapat membangun keyakinan dengannya, adalah bagian dari cabang keyakinan Ushul.
Cabang iman Furu
Artinya, cabang-cabang keyakinan yang hanya berpengaruh pada peningkatan dan penurunan kualitas keyakinan saja, keberadaannya tidak mempengaruhi validitas dan tidak adanya keyakinan, dan ketidakhadirannya tidak mempengaruhi tidak adanya keyakinan dalam diri seseorang.
Banyak orang bodoh yang tidak peduli tentang perbedaan antara cabang-cabang iman, juga tidak pada akhirnya peduli tentang perbedaan antara cabang-cabang ketidakpercayaan. Mereka berpikir bahwa satu orang yang melakukan perbuatan baik dan berhubungan baik dengan orang-orang sudah cukup untuk menilai dia sebagai seorang Muslim. Mereka percaya bahwa kepercayaan pada pesan Muhammad dapat dicapai hanya dengan memiliki cabang kepercayaan padanya.
Meskipun setiap orang melakukan tindakan yang sesuai dengan kodratnya sebagai pribadi, hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menanamkan rasa percaya diri. Semua yang terjadi adalah bahwa dia memberi seorang mukmin pahala karena memiliki cabang iman itu, dan tidak ada pahala sama sekali bagi kafir yang mempraktekkan cabang iman itu karena dia masih seorang kafir.
Kebingungan pemikiran filosofis tentang cabang kepercayaan
Pemikiran filosofis tidak membedakan antara seorang nabi dan filsuf karena pemikiran mereka tidak membedakan antara dalalah fitrah dan kebiasaan dengan dalalah wahyu dan syar’i, mereka tidak membedakan antara ketaatan pada akal dan ketaatan kepada nash / dalil. Mereka memahami bahwa mereka semua sama sebagai penuntun menuju kebenaran.
Pemikiran yang salah ini dikemukakan oleh al-Farabi (Ara’u Ahlil Madinah al-Fadhilah, 8; Majmu al-Fatawa, 7 / 588-589), Ibn Sina (An-Najat, 310-311; Ar-Risalah al-Adhhawiyyah fi Amril Ma’ad (44-48) dan tokoh filosofis Yunani seperti arsitek dan pengikutnya (Tahafut al-Falasifah, 12; Ar-Radd ‘Ala al-Manthiqiyyin, 335) serta tokoh antaragama yang dipengaruhi oleh pemikiran liberal.
Ini termasuk mereka yang mempraktikkan cabang kepercayaan Furu dalam lingkaran status kepercayaan. Mereka juga percaya bahwa orang yang tidak mengamalkan Ushul cabang keyakinan bukanlah orang kafir. Mereka berbaur antara perbuatan duniawi dan hak seorang hamba dengan perbuatan Ukhravian dan hak-hak Sang Pencipta.
Karenanya, seseorang yang tidak memahami hakikat keyakinan, substansinya, dan tingkat cabangnya tidak akan memahami sifat ketidakpercayaan, substansinya, yang mengikuti tingkat cabangnya. Karena siapa yang mengerti iman akan mengerti ketidakpercayaan.
Bingung dalam memahami keyakinan
Orang yang bingung saat memahami iman akan bingung saat memahami ketidakpercayaan. Setiap cabang kepercayaan adalah kebalikan dari cabang ketidakpercayaan. Jika ada satu hal yang tidak dipahami dalam soal keimanan, maka dia tidak memahami soal ketidakpercayaan.
Posisi Ahlu Sunnah yang selalu berada di tengah panggung dan adil dalam masalah keimanan, dapat mengetahui sejauh mana masing-masing kelompok antara Murjiah dan Khawarij itu dari keadilan. Jadi Murjiah akan menganggap Ahlu Sunnah sebagai Khawarij, dan orang Kharij akan menganggap Ahlu Sunnah sebagai Murjiah. Masing-masing kelompok ini akan menilai dengan standar mereka sendiri, bukan dengan standar al-Haq.
Ini adalah verifikasi dari cabang kepercayaan dan cabang ketidakpercayaan dalam kepercayaan. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terima kasih.
Lihat Juga: https://www.dutadakwah.co.id/doa-menyembelih-hewan/