– Gugatan telah diajukan terhadap Meta Platforms yang menyatakan bahwa media sosial memfasilitasi posting kekerasan dan kebencian serta memicu kerusuhan di Ethiopia.
Menurut laporan Al Jazeera, konten yang beredar di Facebook memicu kerusuhan ini, memicu perang saudara berdarah di negara tersebut.
Meta digugat karena mendistribusikan konten provokatif memicu kerusuhan di Ethiopia
Gugatan yang diajukan di Mahkamah Agung Kenya pada Selasa (13/12/2022) itu diajukan oleh dua peneliti Ethiopia dan kelompok hak asasi Katiba Institute Kenya.
Baca juga:
Kehebohan siswa SMA asal Jepang di sekolah ini mencoba berbahasa Indonesia justru membuat heboh netizen
Laporan tersebut menuduh sistem rekomendasi Facebook memperkuat postingan kekerasan di Ethiopia, termasuk beberapa yang mendahului pembunuhan salah satu ayah peneliti.
Penggugat meminta pengadilan untuk memerintahkan Meta
mengambil tindakan darurat untuk menghapus konten kekerasan, meningkatkan staf moderasi di Nairobi, dan membentuk dana kompensasi sekitar $2 miliar untuk korban kekerasan yang dipicu oleh Facebook.
Di antara penggugat adalah Abrham Meareg, yang mengatakan ayahnya, akademisi Tigrayan Meareg, Amare Abrha, dibunuh setelah postingan Facebook diterbitkan pada Oktober 2021 yang menyebut dia dengan frasa yang menghina etnis.
Baca juga:
Pemilik Tesla bisa memainkan game Steam di mobil, Elon Musk menunjukkan video promosi ini
Postingan tersebut membagikan alamat Arrha dan menyerukan kematiannya.
Didukung oleh GliaStudio
Meareg melaporkannya ke Facebook, tetapi perusahaan menolak untuk segera menghapusnya atau, dalam beberapa kasus, sama sekali, menurut tuntutan hukum. Ayahnya ditembak mati pada November tahun lalu.
“Seandainya saja Facebook berhenti menyebarkan kebencian dan memoderasi postingan dengan benar, ayah saya masih hidup,” kata Meareg.
Baca juga:
5 Fakta Menarik Tentang Mirai Nikki: Pernah jadi meme, ceritanya wajib dibaca
“Saya membawa Facebook ke pengadilan sehingga tidak ada yang harus menderita seperti keluarga saya lagi. Saya mencari keadilan bagi jutaan orang Afrika saya yang telah terluka oleh pencatutan Facebook – dan permintaan maaf atas pembunuhan ayah saya,” tambahnya.
Gugatan tersebut mengatakan perusahaan gagal mengambil langkah yang memadai untuk melatih algoritme untuk mengidentifikasi postingan berbahaya dan mempekerjakan staf untuk “memantau” konten untuk bahasa yang dicakup oleh pusat moderasi regionalnya di Nairobi.
Juru bicara Meta Erin McPike mengatakan ujaran kebencian dan hasutan untuk melakukan kekerasan melanggar aturan Facebook dan Instagram.
Baca Juga :
https://aduanasn.id
https://jurnal-p2kp.id
https://polrestanjungpinang.id
https://vivovisionplus.id
https://gadgetplus.id
https://rsjdabepura.id
https://rsiaa.co.id
https://archipelagofestival.id